Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai, untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan Ilmu kependidikan akan keguruan sebab saat ini banyak terjadi erosi sopan santun dan erosi disiplin.
Seringkali untuk membangun kedisiplinan seseorang digunakan kekerasan. Pada dasarnya kita dapat memaklumi bahwa kekerasan yang diterapkan bertujuan untuk membangun sikap disiplin. Namun, walaupun kekerasan itu bermotif kebaikan, kekerasan tetap saja adalah kekerasan. Penggunaan kekerasan dalam membangun kedisiplinan hanya akan melahirkan sikap disiplin yang rapuh dan semu. Kekerasan tidak akan membuat seseorang menyadari bahwa kebaikan adalah sebuah kebaikan. Alih-alih, kekerasan itu akan menciptakan lingkaran kekerasan tiada henti, seorang anak yang kedisiplinannya dibangun dengan kekerasan, ketika dewasa akan melakukan hal yang sama kepada anaknya.
Dalam banyak kasus kekerasan di masyarakat, “jalan pintas” ini menjadi kebiasaan yang melekat dalam alam bawah sadar masyarakat. Seolah-olah setiap orang berpikir bahwa hanya kekerasanlah yang akan menyelesaikan permasalahan mereka.
Kembali kepada soal itikad membangun kedisiplinan, kenyataan justru menunjukkan bahwa kedisiplinan tidak selalu dibangun dengan kekerasan. Ketegasan dan peraturan yang diterapkan secara konsisten dapat menciptakan kedisiplinan. Karena kedisiplinan berdiri di atas kebiasaan dan kesadaran tentang nilai-nilai kebaikan baik bagi masyarakat maupun individu.
Melalui kedisiplinan kita dapat mengembangkan potensi dahsyat yang ada dalam diri kita. Kedisiplinan dalam pengembangan diri harus mulai dari diri kita sendiri. Namun melatih kedisiplinan merupakan tugas guru dan orang tua, dalam hal ini orang-orang terdekatpun mempunyai andil besar dalam membangun kepribadian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar